Skip to main content

24 Jam di Paris

Menyambung kisah perjalanan pertama dari RR Tour di Eropa, sekarang saya akan membagikan cerita perjalanan singkat saya di Paris - yang terjadi TEPAT 1 tahun yang lalu, yaitu pada tanggal 8 dan 9 April 2012.

Selamat datang di Menara Eiffel 

Seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya, untuk perjalanan pertama ini saya memegang prinsip - memilih yang termurah = pilihan terbaik. Jadi, beginilah cerita saya ketika berjalan-jalan di Paris dengan memegang prinsip - carilah yang termurah.


***

Jam ke-1: Terminal, Hotel, dan Metro

Perjalanan dari Belanda ke Paris memakan waktu sekitar 5 - 6 jam dengan menggunakan bis. Saya berangkat pada siang hari dan sampai di terminal bis Eurolines di Paris sekitar pukul 6 - 7 malam.

Hal menarik yang hanya bisa kalian temukan apabila memilih transportasi bis, kalian bisa melewati kota menawan yang tidak termasuk ke dalam tujuan kalian, sebagai contoh - Brussel. Saya bisa melihat sebagian kecil bangunan menarik di Brussel, termasuk gedung putih yang terlihat seperti Minash Tirith di film Lord of the Ring. :)

Mengintip kota Brussel selama perjalanan Belanda-Paris

Sesampainya di terminal bis, saya segera mencari stasiun Metro untuk segera check-in di hotel yang terletak di daerah Corvisart. Untunglah hotel saya terletak tidak jauh dari stasiun metro dan setelah saya menyimpan barang di kamar, saya langsung melesat kembali ke stasiun Metro, tidak sabar untuk melihat Menara Eiffel yang legendaris.But, tunggu - sebelum melesat ke kota, saya langsung mengambil map kota Paris yang bisa ditemukan di lobby hotel. 

Peta kota Paris yang WAJIB dimiliki sebelum berkeliling kota Paris

Jam ke-2: Menara Eiffel

Menara Eiffel sudah terlihat dari kejauhan dan semakin jelas ketika stasiun Metro berhenti di stasiun Bir-Hakeim. Dari stasiun, kalian harus berjalan 5-10 menit untuk akhirnya benar-benar sampai di depan komplek Menara Eiffel.

 

Kalian bisa melihat ribuan turis asing dan juga penjual souvenir memadati area ini. Tepat di bawah menara Eiffel, kalian bisa melihat antrian pengunjung yang ingin naik ke atas menara Eiffel.

Ribuan turis yang memadati komplek Eiffel di malam hari

Jam ke-3: Sesi foto bersama si Eiffel :) 

Berjalan tidak jauh dari menara, kalian bisa menemukan padang rumput di mana banyak turis duduk sambil berfoto-foto dan menikmati pemandangan yang indah di depan mereka. Tentu saja, saya pun ikut ngemper di padang rumput sambil memandang menara Eiffel - yang biasanya hanya dapat dilihat melalui layar kaca.

Menara Eiffel dari berbagai sisi <3

Sambil tidur-tiduran di rumput, saya pun menikmati momen ini untuk berfoto bersama si menara Eiffel. Pada saat-saat seperti ini, saya benar-benar berharap kalau saya memiliki kamera SLR insted of kamera poket. Jangan kaget kalau kalian bisa bertemu sesama warga Indonesia - karena saya bertemu cukup banyak orang Indonesia ketika berada di komplek menara Eiffel.

Jangan lupa untuk menyaksikan atraksi lampu di menara Eiffel yang biasanya diadakan setiap jamnya.

Jam ke-4: Champs Elysees

Waktu seakan berjalan sangattt cepat dan mengingat hari sudah semakin larut, saya melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya - Champs Elysees.

Jalanan di depan menara Eiffel

Perjalanan menuju Champs Elysees cukup menghabiskan waktu dan tenaga karena saya sempat salah jalan. Maklum, saya masih newbie soal melihat arah dan membaca peta. Namun, setelah berputar-putar untuk beberapa saat akhirnya saya sampai di jalanan paling terkenal di Paris, Champs Elysees.

Champs Elysees terlihat sepi di malam hari
Berhubung waktu yang sudah sangat larut, kebanyakan toko sudah tutup dan hanya menyisakan beberapa restoran dan bar yang masih buka di sepanjang jalan. Namun, walaupun toko-tokonya sudah tutup saya bisa merasakan aura elegan dan mewah terpancar dari etalase toko-toko bermerk di sepanjang jalan. Mulai dari Louis Vuitton, Hugo Boss, Burberry, dan banyak toko berkelas lainnya.

Etalase Louis Vuitton dan Hugo Boss di Champs Elysees


Jam ke-5: Arc de Triomphe

Tepat di ujung jalan Champs Elysees, kalian bisa melihat bangunan besar tepat di tengah-tengah persimpangan jalan yang tidak lain adalah Arc de Triomphe.


Arc de Triomphe
Sebagai salah satu simbol kota Paris, tentu saja bangunan ini juga terlihat megah - bahkan lebih megah dibandingkan dengan apa yang terlihat di TV. Namun, karena letaknya yang berada tepat di tengah persimpangan jalan besar di Paris, untuk berfoto dengan monumen ini membutuhkan waktu dan kesabaran (dan tentu kamera yang bagus) karena bukan hanya kalian satu-satunya turis yang ingin berfoto dengan Arc de Triomphe. Jadi, budayakan antri yah ketika ingin berfoto di depan monumen ini.

Under-pass menuju Arc de Triomphe
Saya mencoba mencari jalan untuk melihat lebih dekat bentuk dari monumen ini dan menemukan jalan bawah tanah yang ujungnya tepat di tengah-tengah monumen. Banyak ukiran dan juga nama-nama yang dituliskan di sekeliling tembok monumen.

Ukiran-ukiran pada dinding Arc de Triomphe

Jam ke-6: Selamat malam, Paris. 

Saatnya untuk kembali ke hotel untuk beristirahat, karena perjalanan esok hari akan lebih panjang dan melelahkan dari hari ini.

A sweet kiss to end the day in the most romantic city on earth. :)
Jam ke-14: Bonjour, Paris!

Saya memulai perjalanan pada pukul 8 pagi dan langsung menuju Montparnasse - yang dibilang sebagai tempat terbaik untuk melihat kota Paris.

Pintu masuk gedung Montparnasse
Namun, perjalanan ini membawa masalah pertama - yang sudah cukup menguras tenaga di pagi hari. Ternyata, informasi saya mengenai Montparnasse dengan tempat yang ingin saya kunjungi itu berbeda. Saya mengira Montparnasse ini merupakan sebuah bangunan tua dimana kita bisa naik ke atasnya padahal, Montparnasse ini merupakan sebuah gedung modern yang di mana pengunjung bisa melihat keseluruhan kota Paris dari lantai paling atas gedung ini. Jadi, kalian bisa bayangkan bagaimana saya berputar-putar mencari bangunan tua padahal pada kenyataannya Montparnasse merupakan sebuah gedung tinggi modern yang sudah ada di depan mata saya.

Sepulangnya dari Paris, saya baru mengingat kalau tempat yang ingin saya kunjungi bukan Montparnasse, tapi MONTMARTE. Well, namanya mirip tapi cukup untuk merusak perjalanan saya di Paris.

Jam ke-15: Menara Eiffel (lagi) 




Untuk mengembalikan mood yang sudah jelek gara-gara nyasar di Montparnasse, saya kembali ke Menara Eiffel untuk melihat bagaimana rupa menara tanpa hiasan lampu yang berkelap-kelip di malam hari. Ternyata, pemandangannya cukup jauh berbeda. Apabila dilihat pada siang hari, menara ini terlihat biasa saja - tapi kalau kita perhatikan lebih dekat, ternyata banyak sekali tulisan nama orang yang diukir di setiap plat besi yang menyusun menara Eiffel. Okay, tentu saja tulisan ini tidak akan bisa kalian lihat di malam hari.

Bir-Hakeim - stasiun Metro menara Eiffel


Pemandangan yang sama - bahkan lebih mengejutkan dibandingkan di malam hari. Antrian panjang turis yang ingin naik ke atas menara Eiffel. It happens everyday, I guess? 

Antrian turis yang ingin naik ke puncak menara Eiffel

Jam ke-16: Jalan santai di kota Paris 

Tepat di belakang taman menara, kalian bisa melihat bangunan menarik. Sampai sekarang, saya tidak tahu apa nama dari bangunan ini.

Bangunan misterius di tengah-tengah taman menara Eiffel
Tidak hanya itu, tepat di depannya ada bangunan yang terlihat seperti museum. Di depannya kalian bisa melihat patung seseorang yang menaiki kuda. (Jangan tanya saya siapa dan apa nama dari bangunan ini)





Saya melanjutkan perjalanan tanpa arah - karena terlalu banyak tempat yang ingin dikunjungi, tapi tidak tahu kemana dan bagaimana menuju tempat itu. Jadi, saya memutuskan untuk mencari jalan menuju museum Louvre.

Jam ke-17: Pont Alexandre III 

Cara terbaik untuk memaksimalkan kunjungan yang singkat di Paris adalah dengan cara mengelilingi kota dengan berjalan kaki. Walaupun cara ini cukup menguras tenaga, tapi kalian bisa menemukan banyak sekali bangunan menarik dan melihat banyak sekali monumen yang bahkan tidak tertera di peta.

Hal ini yang akhirnya mempertemukan saya dengan jembatan Pont Alexandre III.



Saya tidak tahu bagaimana caranya bisa sampai ke tempat ini karena hal yang saya ingat adalah saya hanya berjalan dan melihat ada monumen tinggi dengan hiasan berwarna emas di puncaknya. Hal itu sudah cukup menarik perhatian saya dan saya pun langsung mendekati monumen tersebut.

Pont Alexandre III

Tidak jauh dari jembatan ini, ternyata ada sebuah museum besar (yang saya tidak tahu apa nama museum itu) dan banyak sekali turis yang mengantri untuk masuk ke dalam museum.

Bangunan museum di dekat Pont Alexandre III

Jam ke-18: Musee de l'Armee feat Cathedral Saint-Louis des Invalides 

Dari Pont Alexandre III, saya melanjutkan perjalanan dan melihat bangunan berkubah emas yang menarik perhatian saya. (Setelah diingat-ingat, sepertinya saya hanya mengunjungi bangunan yang memiliki puncak berwarna emas selama di Paris.)

Musee de l'Armee


Setelah mendekat, ternyata bangunan berkubah emas ini merupakan sebuah gereja yang terletak di belakang museum. Untunglah museum ini terbuka untuk umum sehingga saya bisa masuk melihat bagian dalam dari gedung museum ini dan masuk ke dalam gereja.


Cathedral Saint-Louis des Invalides

Jam ke-19: Nyasar di Quai D'Orsay



Dari gereja berkubah emas, saya melanjutkan perjalanan menuju museum Louvre - yang merupakan tujuan utama saya hari ini. Lagi-lagi, saya sempat nyasar (sedikit) dan sampai di suatu tempat bernama Quai de Orsay. Saya lupa apa yang menarik dari tempat ini, tapi sepertinya tempat ini merupakan tempat dimana kalian bisa menemukan perahu yang biasanya memutari kota Paris di malam hari.

 

Bangunan dan jalan yang saya lalui ketika sedang nyasar

Jam ke-20: Musee du Louvre

Museum Louvre di seberang sana!
Perjalanan panjang selama beberapa jam akhirnya membuahkan hasil dan saya bisa melihat piramid kaca yang menjadi simbol dari museum Louvre ini.

Brandenburg Gate Louvre
Ketika sampai di area museum, saya bisa melihat ribuan turis duduk-duduk, berfoto, bersantai sambil melihat bangunan-bangunan bersejarah yang mengelilingi mereka. Ternyata, seluruh bangunan yang mengelilingi piramid kaca Louvre itu merupakan bagian dari Museum Louvre. So, museum ini sangatttt besar - bahkan saking besarnya waktu 24 jam tidak akan cukup untuk melihat semua koleksi yang berada di dalam museum.

Komplek museum Louvre

Tentu saja mengingat waktu kunjungan saya yang hanya tersisa beberapa jam lagi, saya tidak mungkin masuk ke dalam museum. I will, next time. 

Piramid kaca - yang merupakan pintu masuk utama ke dalam museum Louvre
Jam ke-21: Waktunya belanja! 

Pada jam-jam terakhir di Paris, saya menghabiskan waktu untuk membeli oleh-oleh khas Paris seperti baju I love Paris, miniatur menara Eiffel, magnet, tas dan banyak pernak-pernik lainnya.

Kalian bisa melihat banyak sekali toko souvenir tidak jauh dari komplek museum Louvre.

Jam ke-22: Notre Dam 

Tujuan terakhir saya di kota Paris, gereja penuh kontroversial, Notre Dam.

Notre Dam, Paris


Saya ingat sekali, perjalanan dari Museum Louvre ke Notre Dam tidak cukup menyenangkan karena hujan yang mengguyur kota Paris hari itu. Hal ini membuat saya tidak bisa menikmati pemandangan kota dan juga bangunan dari Notre Dam itu sendiri.

Selain itu, saya juga baru mengetahui kalau gereja ini dibuka untuk umum tanpa biaya apapun - namun, hal ini yang membuat antrian panjang yang tidak pernah absen di depan gereja.



Pintu masuk Notre Dam

Kesimpulan: setiap bangunan dan museum terkenal yang berada di Paris selalu dipadati oleh antrian turis.

Jam ke-23: Belanja lagi ~ 

Sambil berteduh, saya kembali melihat-lihat di toko souvenir dekat Notre Dam. Rasa lelah sudah mulai merusak mood saya untuk berjalan-jalan. Ditambah dengan cuaca buruk pada hari itu dan fakta kalau saya hanya memiliki waktu satu jam lagi di Paris.

Jam ke-24: Au revoir, Paris! 

It's time to go home. 


Gallieni - stasiun Metro menuju terminal bis Eurolines

Waktunya pulang dan meninggalkan kota penuh sejarah, kemegahan dan turis. Jujur, saya merasa waktu 24jam ini amat sangat tidak cukup untuk mengelilingi kota Paris. But, penyesalan selalu datang di akhir. Walaupun masih banyak tempat yang tidak sempat saya lihat dan kunjungi, tapi saya tetap puas karena saya akhirnya bisa melihat menara Eiffel dan juga berfoto dengan piramid kaca museum Louvre yang terkenal gara-gara film Da Vinci Code.

Sampai jumpa lagi, Paris! 
I will visit you again in the future!

Comments

Popular posts from this blog

I Need A Vacation (to write again) !

Oh My God... It's already MARCH, and this is my first post in 2015 ?! Time flies. DAMN. Fast. I really have a hard time to sit somewhere and write in my blog, while I still have lots of topic to be brought from my lo-ng vacation to Germany in 2012 (OH MY GOD, already 2 years ago?) and to USA in 2014 (OH MY GOD, it's almost 1 year ago). I still have a lot of things in my pocket which I would gladly share to you... All I need is a Vacation ... and some encouragement to myself to write again. Oh, wish me luck my fellow travelers! :0 PS: Hopefully, it is not the first and last post as in my post before in 2014. :( HELL, YEAH !

Traveler's Notes : Souvenirs, any ideas?

Sebagai orang Indonesia, sudah lumrah hukumnya memberikan oleh-oleh untuk kerabat setelah pergi liburan panjang. Apalagi kalau kita berlibur hingga ke luar negeri - wah, wah, pasti banyak kerabat yang akan menagih oleh-oleh sepulangnya kalian ke tanah air. Untuk kalian yang bingung mau beli oleh-oleh unik apa, semoga list berikut dapat memberikan kalian pencerahan: 1. Puzzle Di beberapa tempat, mereka menjual puzzle bergambarkan landmark kota / negaranya untuk dibawa pulang oleh para turis. Sebagai pecinta puzzle, saya senang sekali ketika menemukan puzzle berlatarkan Hallstatt ketika saya berkunjung ke Hallstatt. Tidak kalah dari Hallstatt, saya juga membeli puzzle Neuschwanstein (the one I treasured the most!) dengan ukuran 1 meter ketika saya berkunjung ke kastil dongeng itu.  Mau coba beli untuk oleh-oleh? Puzzle Neuschwanstein di paling belakang (it's 1000 pieces!) 2. Secret Box Hungary Yang satu ini, cukup tricky. Secret Box ini saya temukan ketika sedang berja...

Koack... Koack... ada bebek di kota Boston

Koack... koack... Harus kita teriakan apabila berpapasan dengan  mobil Boston Duck Tours lainnya. Well , apa sih Boston Duck Tours? Sejenis tur dengan bebek? Pada awalnya, saya juga bingung mendengan Boston Duck Tours. Saya kira kita akan bermain semacam sepeda air berbentuk bebek di sungai Charles di tengah kota Boston. Ha. (efek tidak pernah google soal Boston sebelum kedatangan). Untunglah, "Duck Tour" di Boston tidak seperti yang saya bayangkan... Inilah bentuk si "bebek" yang mengajak saya berkeliling di kota Boston. Ternyata, si "bebek" ini merupakan kendaraan amfibi yang banyak digunakan pada masa Perang Dunia II. Sebagai kendaraan amfibi, kendaraan ini dapat berjalan di darat, dan juga di air. Jadi, tur kota ini akan menyusuri jalanan kota Boston dan melihat bangunan kota Boston dari sungai Charles yang membelah kota Boston. Menarik, kan? Yuk, ikutin rute dari Boston Duck Tour ini. Meeting point: Prudential Tower.   Tur saya d...