Skip to main content

From Venice with love

Seperti yang sudah saya tulis di pos sebelumnya, di bulan Juni ini saya akan membahas mengenai Italia.
Di pos kali ini, saya akan membagikan pengalaman travelling saya di Venice, kota pertama yang saya kunjungi di Italia.

Venice, 30 Juni 2012 

Untuk sampai ke Venice, saya menggunakan pesawat Ryan Air dengan tujuan Venice Treviso. Dari airport Treviso, saya menggunakan bis airport ke stasiun kereta Mestre, yaitu stasiun kereta utama dimana kalian bisa dengan mudah menemukan kereta ke Venice. Perjalanan dari airport Venice Treviso ke Mestre memakan waktu sekitar 40 - 50 menit dengan harga tiket bis 7 Euro untuk 1 trip.



Kalian bisa membeli tiket bis ini langsung di pesawat atau melalui mesin penjual tiket di airport. Sebenarnya, ada bis yang langsung menuju ke Venice, namun berhubung saya harus check-in dulu di Camping Jolly, saya menggunakan bis tujuan Mestre.

Mesin penjual tiket bis airport

Dari Mestre, saya mencari bis untuk menuju ke Camping Jolly. Jujur, saya cukup kesulitan untuk mencari bis tujuan ke Camping Jolly karena tidak ada kantor informasi turis dan kebanyakan papan informasi ditulis dengan bahasa Itali. Untunglah, dengan berbekal informasi seadanya tentang Camping Jolly saya bisa menemukan bis yang tepat.

Tiket bis di Italia
Hal pertama yang menarik perhatian saya (sekaligus membuat pusing) adalah saat saya harus membeli tiket bis. Perlu kalian ketahui kalau untuk membeli tiket bis, kalian harus membeli tiketnya di kafe/restauran/kios-kios di sekitar halte bis. Jadi, jangan bingung kalau kalian tidak bisa menemukan mesin penjual tiket bis atau langsung dimarahin supir bis karena ingin membeli tiket bis padanya. Oh iya, jangan terkecoh dengan mesin tiket yang berada di stasiun kereta, karena mesin itu hanya menjual tiket kereta, bukan tiket bis!




Setelah check-in di Camping Jolly, saya langsung bergegas mencari bis menuju Venice. Perjalanan dari Camping Jolly ke Venice cukup singkat, hanya 15 menit saja. Sesampainya di halte bis Venice, saya hanya perlu berjalan beberapa langkah untuk bisa melihat pemandangan menakjubkan seperti ini.


See, bagaimana saya tidak langsung jatuh hati pada kota mungil ini. 
Venice is just simply too beautiful to be true. :) 

Setelah melewati jembatan, kalian bisa menemukan stasiun kereta St. Lucia, yaitu stasiun kereta satu-satunya yang berada di Venice.

Dari stasiun, saya melanjutkan perjalanan ke jalan-jalan kecil yang dipadati oleh turis untuk. Berhubung waktu itu pas jam makan siang, saya pun menyusuri jalanan untuk mencari restauran yang (kelihatannya) bersahabat dengan isi dompet.




Saya berhenti di sebuah gerai pizza - untuk mencoba pizza asli italia. Well, kalian pasti sudah tahu kalau pizza itu asalnya dari Italia - jadi, tidak salah kalau saya penasaran dengan rasa dari pizza yang benar-benar asli dari Italia. Sayangnya, rasa pizzanya terasa sama saja dengan pizza-pizza yang pernah saya coba, hanya saja ukurannya super jumbo dan adonan rotinya tipis. It's good, but not great. Tapi, mungkin saya salah mencoba pizza di Venice, karena walaupun pizza itu makanan Italia, tapi pizza ini aslinya berasal dari kota Napoli. So, mungkin saya harus mencoba pizza di Napoli dulu sebelum berkomentar lebih lagi tentang pizza asli Italia. :)

Italian pizza


Setelah lunch, saya melanjutkan petualangan dengan menyusuri jalan-jalan kecil yang mendominasi seluruh bagian kota Venice. Satu tips dari saya, berjalanlah kemana kakimu ingin melangkah karena itu cara terbaik untuk menjelajahi kota Venice.



Semakin jauh saya berjalan, semakin banyak keindahan dan keunikan kota Venice yang dapat saya lihat dan kagumi. Tidak salah memang kalau semua turis mengatakan kalau di Venice, semua tempat itu indah dan unik. Bahkan di tempat yang tidak terjamah oleh turis sekalipun.

Berjalan-jalan di kota Venice membuat waktu berlalu lebih cepat dari biasanya dan tiba-tiba saja matahari sudah mulai meredup - yang merupakan tanda dimana saya harus segera mencari gondola!

Seperti yang sudah saya tulis di pos sebelumnya, wajib hukumnya untuk menghabiskan waktu sore kalian sambil melihat sunset di atas gondola ketika berada di Venice. Walaupun tarif gondola cukup menguras isi dompet, tapi it's worth it! 




Tarif gondola sudah diatur resmi oleh pemerintah Venice dan terbagi menjadi dua, yaitu

  • Tarif sebelum pukul 18.00, 80 Euro untuk 40 menit 
  • Tarif setelah pukul 18.00, 100 Euro untuk 40 menit

1 gondola bisa menampung 6 orang (tidak termasuk driver gondola) - jadi kalau kalian pergi bersama grup, kalian hanya membayar sekitar 15 - 20 Euro. :)


Pemandangan sunset kota Venice dari atas gondola ini mengakhiri hari pertama saya di Venice.



Venice, 1 July 2012

Di hari kedua, yang juga merupakan hari terakhir saya di Venice, saya langsung menuju ke St. Marco - gereja terbesar yang ada di Venice. Letak gereja ini cukup jauh dari halte bis, dan kalian harus melalui jalan yang berliku-liku. Tapi tenang, kalian tidak akan nyasar, karena banyak petunjuk jalan yang dapat kalian temukan di jalanan besar dan juga gang-gang sempit di Venice.



Di dalam gereja St. Marco, kalian bisa melihat hasil karya mosaic yang berwarna keemasan menghiasa seluruh atap, dinding dan pilar-pilar bangunan.

Tidak jauh dari gereja, kalian bisa berjalan sedikit ke pelabuhan kecil dimana kalian bisa melihat puluhan gondola berjejer rapi di tepinya. Beautiful :)


Setelah berfoto-foto cantik di depan St. Marco, saya berjalan balik ke arah stasiun kereta untuk mengejar kereta ke Roma. Namun, berhubung masih ada waktu sisa, saya bisa sedikit berjalan memutar dan nyasar sampai ke jembatan Rialto.

Jembatan Rialto, Venice

Jembatan Rialto merupakan salah satu spot turis terkenal lainnya di kota Venice. Terlihat dari jumlah turis yang berkumpul di jembatan Rialto untuk menikmati pemandangan canal kota Venice.

Setelah bersantai-santai sejenak di jembatan Rialto, saya melanjutkan perjalanan agar bisa sampai stasiun kereta tepat waktu. Perjalanan dari Rialto ke stasiun kereta ternyata memang rumit dan lebih lama dari yang saya kira. Untunglah saya tidak nyasar terlalu lama dan bisa sampai ke stasiun kereta tepat pada waktunya. Fiuh.
Last picture taken in Venice :)

Okay, it's time to say goodbye to this wonderful little city and let's go to the capital city of the world - Rome!


Comments

  1. keren banget ceritanya kak :))

    ReplyDelete
  2. Great photo reportage! I am happy you enjoyed this marvelous place!

    ReplyDelete
  3. Thanks for the compliment :)
    I LOVE VENICE, this city is just gorgeous :D

    ReplyDelete
  4. asikkk banget ceritanya..saya menjadi lebih yakin setelah baca novel Inferno karya Dan Brown. Tulisan Venice dan Florence sangat asik sekali...kalo ada yang mau bareng, Awal Maret kesana yukss..ada Venice Carnival, karnaval topeng yang kesohor itu,,heheh

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

I Need A Vacation (to write again) !

Oh My God... It's already MARCH, and this is my first post in 2015 ?! Time flies. DAMN. Fast. I really have a hard time to sit somewhere and write in my blog, while I still have lots of topic to be brought from my lo-ng vacation to Germany in 2012 (OH MY GOD, already 2 years ago?) and to USA in 2014 (OH MY GOD, it's almost 1 year ago). I still have a lot of things in my pocket which I would gladly share to you... All I need is a Vacation ... and some encouragement to myself to write again. Oh, wish me luck my fellow travelers! :0 PS: Hopefully, it is not the first and last post as in my post before in 2014. :( HELL, YEAH !

Traveler's Notes : Souvenirs, any ideas?

Sebagai orang Indonesia, sudah lumrah hukumnya memberikan oleh-oleh untuk kerabat setelah pergi liburan panjang. Apalagi kalau kita berlibur hingga ke luar negeri - wah, wah, pasti banyak kerabat yang akan menagih oleh-oleh sepulangnya kalian ke tanah air. Untuk kalian yang bingung mau beli oleh-oleh unik apa, semoga list berikut dapat memberikan kalian pencerahan: 1. Puzzle Di beberapa tempat, mereka menjual puzzle bergambarkan landmark kota / negaranya untuk dibawa pulang oleh para turis. Sebagai pecinta puzzle, saya senang sekali ketika menemukan puzzle berlatarkan Hallstatt ketika saya berkunjung ke Hallstatt. Tidak kalah dari Hallstatt, saya juga membeli puzzle Neuschwanstein (the one I treasured the most!) dengan ukuran 1 meter ketika saya berkunjung ke kastil dongeng itu.  Mau coba beli untuk oleh-oleh? Puzzle Neuschwanstein di paling belakang (it's 1000 pieces!) 2. Secret Box Hungary Yang satu ini, cukup tricky. Secret Box ini saya temukan ketika sedang berja...

Koack... Koack... ada bebek di kota Boston

Koack... koack... Harus kita teriakan apabila berpapasan dengan  mobil Boston Duck Tours lainnya. Well , apa sih Boston Duck Tours? Sejenis tur dengan bebek? Pada awalnya, saya juga bingung mendengan Boston Duck Tours. Saya kira kita akan bermain semacam sepeda air berbentuk bebek di sungai Charles di tengah kota Boston. Ha. (efek tidak pernah google soal Boston sebelum kedatangan). Untunglah, "Duck Tour" di Boston tidak seperti yang saya bayangkan... Inilah bentuk si "bebek" yang mengajak saya berkeliling di kota Boston. Ternyata, si "bebek" ini merupakan kendaraan amfibi yang banyak digunakan pada masa Perang Dunia II. Sebagai kendaraan amfibi, kendaraan ini dapat berjalan di darat, dan juga di air. Jadi, tur kota ini akan menyusuri jalanan kota Boston dan melihat bangunan kota Boston dari sungai Charles yang membelah kota Boston. Menarik, kan? Yuk, ikutin rute dari Boston Duck Tour ini. Meeting point: Prudential Tower.   Tur saya d...