Skip to main content

From Rome with Laugh and Sweat

Selamat pagi dari Roma! 

Setelah menikmati sunset di gondola, bermalam di rumah musim panas, dan menghabiskan 6 jam tak terlupakan di kereta, sekarang saya akan menceritakan perjalanan di kota Roma - yang sering disebut sebagai ibukota dunia. :)

Somehow, I just love this photo <3 
 ***

Perjalanan saya dan teman-teman di Roma dimulai dengan pencarian Fontana di Trevi - Trevi Fountain or bahasa Indonesianya air mancur Trevi

Piazza Republica
Dari apartment, kita menggunakan metro ke Piazza Republica, karena tidak ada metro yang langsung menuju Trevi. Alhasil, dari Piazza Republica kalian perlu berjalan sekitar 10 - 15 menit untuk akhirnya bisa sampai ke Trevi Fountain

Trevi Fountain yang super keren <3

Jujur, saya langsung merinding waktu pertama kali melihat Trevi Fountain. It is realllllllyyy beautiful - bahkan lebih keren dari yang ditayangkan di TV atau film atau bahkan di setiap foto yang saya pajang disini. Ternyata, Trevi Fountain itu dibangun di antara bangunan-bangunan yang terlihat seperti ruko (kalau di Indonesia) dan bukan di tengah-tengah kota seperti yang saya bayangkan sebelumnya. 

Sesampainya di Trevi Fountain, ternyata sudah banyak turis yang sudah sibuk melempar koin dan berfoto-foto - padahal waktu itu masih pagi, sekitar jam 9. Dan tentu saja jumlah turis akan terus bertambah ketika hari semakin siang, SO untuk kalian yang ingin menikmati Trevi Fountain lebih lama, ada baiknya untuk datang lebih pagi. :) 

Ada ritual wajib ketika kalian berada di Trevi Fountain - yaitu melemparkan koin ke kolam Trevi. Banyak yang mempercayai kalau melempar koin kesana, kalian bisa kembali lagi ke Italia. Tapi, saya juga ingat ada yang mengatakan kalau melempar koin ke kolam di Roma, kalian bisa menemukan jodoh di sana. Well, percaya atau tidak - saya ikut melempar saja deh. :)

Oh iya, ada aturan khusus untuk melempar koin ke Trevi Fountain. Pertama, kalian harus berdiri membelakangi kolam. Kedua, kalau kalian memegang koin di tangan kanan, berarti kalian harus melempar koin ke arah kiri. Sebaliknya, kalau kalian memegang koin di tangan kiri, berarti kalian harus melempar koin ke arah kanan. 

The first group picture in front of Trevi Fountain. :)

Walaupun saya masih ingin berlama-lama di Trevi Fountain, tapi saya harus meninggalkannya - karena masih BANYAK tempat yang harus saya kunjungi. Note : setiap bangunan penting (dan terkenal) di Roma itu rata-rata letaknya tidak terlalu jauh satu sama lain. Jadi, sangat mungkin untuk mengunjungi semua tempat terkenal di Roma hanya dalam satu hari (asal kalian sudah mengatur rute perjalanan dengan baik ;p ) 


Pantheon merupakan tujuan kita selanjutnya dan hanya berjarak sekitar . . .  10 menit (atau mungkin kurang ) dari Trevi Fountain. Pertama kali melihat Pantheon, saya langsung terbayang film Angels and Demon - dan menjadi super excited karena saya benar-benar berada di tempat shooting film itu. It just felt GREAT. :)


Lubang iblis di Pantheon (kiri), makan Raphael (kanan)

 

Seperti di dalam film, Pantheon ini terkenal dengan lubang iblis nya - yaitu lubang yang dibuat tepat di tengah-tengah kubah Pantheon. Dan, well ternyata Pantheon itu sebuah gereja dan kalian bisa melihat makam Raphael, pematung terkenal kesayangan Paus di dalam gereja. 
Dari Pantheon, saya melanjutkan perjalanan ke Piazza Navona - yang juga merupakan salah satu tempat shooting Angels and Demon. Tidak seperti Trevi Fountain yang letaknya di sela-sela bangunan ruko, Piazza Navona terletak di tengah-tengah kota dimana banyak restoran khas Italia mengelilinginya. Oh iya, bangunan yang berada tepat di belakang Piazza Navona itu adalah gereja S. Agnese in Agone. 

Walaupun Piazza Navona ini bisa dibilang megah, tapi menurut saya Trevi Fountain masih JAUH lebih keren daripada Piazza ini. Tapi, bolehlah kalian mengunjungi Piazza Navona mengingat tempat ini sempat nongol di scene terakhir film Angels and Demon. :) 

Berhubung waktu perjalanan jauh lebih singkat dari yang saya prediksi, alhasil saya masih memiliki banyak sekali waktu untuk leha-leha sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya. Di saat inilah, teman saya tiba-tiba mengingat tentang satu tempat penjual Gelato yang sudah terkenal dan banyak disebut oleh para travellers yang mengunjungi Roma - Giolitti

Giolitti - the best Gelato in Rome <3
Masalahnya, teman saya hanya ingat kalau Giolitti itu ada di dekat Pantheon - that's it. Dengan berbekal informasi yang super minim, kita mencari keberadaan Giolitti ini - dan setelah mengelilingi gedung Pantheon berkali-kali, akhirnya ada seseorang yang menolong kita dan menunjukkan jalan ke Giolitti. Dengan bantuan orang itu, finally, we found it! Yey. 

Waktu masuk ke tokonya, kita langsung disambut dengan deretan gelato yang mengundang selera. Tanpa tunggu lagi, kita pun langsung membeli dan ternyata, dengan harga 2.5 Euro, kita bisa mencampur 3 rasa berbeda dengan ukuran scope yang besar banget. Nyam. 
a BIG scope of gelato from Giolitti
Untuk kalian yang ke Roma, it's definitely a must try! 

Sambil menikmati gelato, saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan menuju Colosseum, tapi kami berhenti sebentar ketika melihat sebuah bangunan megah yang berada di tengah-tengah jalan raya menuju Colosseum. Berhubung waktu itu matahari sudah cukup terik, dan kami masih memiliki banyaaak sekali waktu kosong, kami menyempatkan mampir sejenak ke bangunan putih - yang ternyata adalah - Piazza Venezia

Piazza Venezia
Berhubung kita masuk jalur gratis, jadi kita hanya bisa berkeliling di ruangan-ruangan yang dibuka untuk umum dan ke rooftop - untuk melihat pemandangan kota Roma dari sana. 

Di dalam piazza Venezia

Sebenarnya, spot ini merupakan tempat terbaik untuk menikmati pemandangan kota Roma - terutama Foro Romano dan Colosseum yang terlihat cukup jelas dari tempat ini. Hanya saja, waktu itu matahari lagi terik-teriknya sehingga membuat kami tidak betah untuk berlama-lama berada di rooftop. (alasan pertama: takut hitam. Ha.) Alhasil, setelah mendinginkan diri sejenak di dalam gedung, kita pun melanjutkan perjalanan ke Colosseum. 
Pemandangan dari rooftop Piazza Venezia
Namun, lagi-lagi teriknya matahari pada hari itu menghambat perjalanan kita (lagi: kita takut hitam!) Alhasil, waktu kita melangkahkan kaki keluar dari Piazza Venezia, kita langsung mencari tempat berteduh untuk sekedar duduk-duduk dan mencari angin (yang tidak kunjung datang). 


Bersantai sejenak di depan Piazza Venezia
Waktu terus berjalan dan akhirnya kita pun mengukuhkan niat untuk memulai perjalanan di bawah sinar matahari yang terik banget. Anehnya, walaupun banyak pohon-pohonan di sepanjang jalan, cuaca hari itu masih amat sangat panas - panasnya itu benar-benar menusuk (I mean it!). Bahkan, saya juga tidak bisa melihat awan yang menutupi matahari - yang ada hanya langit biru - tanpa awan. It sounds beautiful, tapi kalau kalian merasakannya, tidak ada bagus-bagusnya sama sekali, yang ada cuma PANAS! 

Perjalanan dari Piazza Venezia ke Colosseum yang disangka dapat ditempuh dalam waktu singkat, ternyata berkata lain. Kami pun akhirnya memutuskan untuk beristirahat (lagi) di dekat toko souvenir kecil di pinggiran jalan dekat Foro Romano. Oh iya, rencananya kita mau mengunjungi Foro Romano sebelum ke Colosseum - karena tiket yang kami beli sudah termasuk tiket masuk Foro Romano dan Colosseum. 

Kompleks Foro Romano yang terlihat . . . gersang. Ha. 
Panasnya matahari membuat kita malas untuk melanjutkan perjalanan dan membuat perjalanan ke Colosseum terasa 10 kali lebih jauh dari yang seharusnya. Note untuk kalian: jangan datang ke Italia pada saat musim panas - kalau tidak mau menjadi hitam + berpanas-panasan di bawah matahari. 

Berhubung Foro Romano itu letaknya sebelum Colosseum, jadi kita memutuskan untuk masuk ke Foro Romano sebelum ke Colosseum. NAMUN, pada saat itu kita tidak bisa menemukan pintu masuk ke Foro Romano. Kita sudah mengikuti petunjuk arah dan turis-turis, tapi kita tidak bisa menemukan pintu masuknya. Setelah berjalan jauh di bawah teriknya matahari, dan melihat dari jauh pemandangan Foro Romano - yang sudah banjir sinar matahari (tidak kebayang panasnya itu) - kita pun memutuskan untuk tidak masuk ke Foro Romano dan langsung berjalan cepat ke Colosseum. Bye Foro Romano. 

Colosseum, Roma
Langkah kami pun semakin cepat - agar cepat-cepat sampai ke Colosseum dan berteduh di sana. Finally, setelah perjalanan jauh kita sampai di komplek Colosseum. Antrian panjang turis langsung menyambut kami, tapi kita tidak khawatir karena kita sudah membeli tiket online sehingga kita bisa masuk jalur cepat yang nyaris kosong! So, kita masuk tanpa harus mengantri sama sekali - we enter like a bos HAHAHA. 

pintu masuk khusus tiket online (kiri), tiket online Colosseum (kanan) 

Ketika kita masuk ke dalam Colosseum, hal pertama yang kita cari adalah . . . water fountain! Maklum, kita baru saja berpanas-panas ria dan sudah tidak sanggup untuk berpanas-panasan lagi ketika sampai di dalam Colosseum. Alhasil, kita langsung mengantri di water fountain yang berada tidak jauh dari pintu masuk dan langsung duduk cantik di pilar-pilar yang ada di sebelahnya. Tidak ada niat sama sekali untuk berjalan menyusuri lorong-lorong di dalam Colosseum yang terlihat . . . gersang. Ha. 

Bersantai (lagi) di dalam Colosseum
Tanpa terasa, 30 menit pertama di dalam Colosseum kami habiskan dengan duduk-duduk santai di pilar sambil minum dan ngobrol. Seakan kita tidak sadar kalau kita itu berada di dalam gedung bersejarah - salah satu dari 7 keajaiban dunia! Well, jangan salahkan kami - salahkan matahari yang terik banget! (eh) 

Setelah duduk-duduk, akhirnya kita bertekad untuk mengelilingi Colosseum - hey, ini adalah salah satu keajaiban dunia! Dengan botolan air dingin di tangan, kita pun berjalan mengelilingi Colosseum. 

Arena tengah Colosseum - keliatan panas banget kan? 
Struktur bangunan Colosseum itu rumit banget, apalagi di bagian tengah Colosseum - yang dulunya merupakan arena Gladiator. Arena ini, saya kira cuma arena kosong layaknya panggung teater - ternyata, arena ini berbentuk seperti labirin dengan lorong-lorong sempit yang super rumit. 

Di dalam kompleks Colosseum (kiri), tangga menuju lantai 2 (kanan)

Setelah mengitari lantai satu, kami naik ke lantai dua - dengan menggunakan tangga . . . yang super banyak! Salut banget buat nenek-kakek yang sanggup menaiki tangga ini demi melihat benda-benda peninggalan masa lalu yang ditemukan di dalam Colosseum. Dari lantai sini, kalian juga bisa melihat Foro Romano - secara lebih dekat sambil menikmati angin sepoi-sepoi. It's the best spot ever in Colosseum! 

Another group photo inside the Colosseum 
Dari Colosseum, kami melanjutkan perjalanan ke satu lagi tempat shooting Angels and Demon - yaitu Gereja Santa Maria della Vittoria. Perjalanan kesini cukup rumit dan kita sempat nyasar sedikit - karena tempat ini cukup jauh dari pusat turis. Setelah berjalan sekitar 10 - 15 menit, kami sampai di halaman gereja ini - dan baru menyadari kalau gereja ini tutup. Booo! 

Santa Maria della Vittoria - yang lagi tutup :(
Alhasil, saya hanya bisa mengambil foto bagian luar bangunan. Berhubung tempat ini sepi, jadi tidak banyak hal yang bisa dilihat - sampai, teman saya melihat sebuah pohon dan kita semua mengingat cerita horor teman saya waktu di kereta kemarin. Jadi, inti ceritanya itu - ada seorang teman SMA yang dulu sempat membuat heboh di sekolah karena dia mendorong pohon untuk mencari jimat. So. . . kita mau menguji coba teori itu dengan mencoba mendorong pohon yang berada di depan gereja. Tentu saja kita hanya berakting - dan tidak menemukan jimat, but it was soooo funny! Moment absurd ini juga sempat terekam di kamera teman saya. lol
Dorongg pohon !!! lol
Setelah mencari jimat di depan Santa Maria della Vittoria, kita melanjutkan perjalanan ke St. Maria del Popolo. Berhubung jaraknya cukup jauh, kita memutuskan untuk menggunakan Metro dari Colosseum ke Piazza del Popolo. Waktu di stasiun Metro, kita baru tahu kalau ternyata suhu di luar itu 36 derajat - oh, no wonder

St. Maria del Popolo yang masih di renovasi (Juli, 2012)
Di Piazza del Popolo, kita langsung menuju ke gereja seperti yang ada di Angels and Demon - dan ternyata, gereja itu masih dalam proses renovasi - sama seperti di cerita Angels and Demon. Interesting. :) 

Berhubung tidak ada yang bisa dilihat di Piazza del Popolo, kita melanjutkan perjalanan ke Spanish step - salah satu spot yang tidak boleh terlewatkan di Roma dan merupakan tujuan terakhir kita untuk hari ini. Perjalanan dari Piazza del Popolo ke Spanish steps memakan waktu sekitar 10 - 15 menit. Berhubung waktu sudah semakin sore, jadi cuacanya tidak terlalu terik dan kita bisa berjalan lebih santai. 

Spanish steps
Sesampainya di Spanish steps, kita sudah melihat banyak sekali turis dan warga lokal yang berkerumun di sana. Oh iya, waktu saya di Roma, itu pas waktu Euro Final - jadi, di kota banyak sekali warga lokal Italia yang membawa atribut untuk mendukung tim mereka di Final. Untuk yang lupa, Final Euro itu Spanyol vs Italia. ;) Tapi, tidak hanya jersey biru, ternyata ada saja orang yang nekat untuk mengenakan jersey Spanyol di tengah-tengah kota. Untunglah, ini di Italia bukan di Indonesia - jadi, tidak ada keributan antar pendukung. 

Di sekitar Spanish steps, kalian bisa melihat banyak sekali toko-toko bermerk berjejer - so, ini tempat yang wajib dikunjungi untuk para branded-lovers. Sampai saat ini, saya juga masih belum tahu mengapa tempat ini dinamakan Spanish steps - yang saya tahu, tempat ini terkenal dan fountain di sini khas sekali. Bentuknya seperti perahu - dan kalian bisa mengisi botol minum langsung dari fountain yang keluar dari perahu tersebut. 

Fountain yang jadi icon Spanish steps
Awalnya, kami mau menapaki tangga di Spanish steps untuk melihat bangunan apa yang berada di belakangnya. Namun, karena kita sudah berjalan jauhhh dari pagi hari, alhasil kita pun mengurungkan niat itu dan langsung berbalik untuk mencari jalan pulang ke apartment. 

Kami tidak berani untuk keluyuran malam, karena 1) kita sudah pegal-pegal, 2) suasana final Euro di jalanan Italia sepertinya berbahaya untuk turis, 3) kita mau makan malam di rumah - untuk menghemat pengeluaran Ha. 

Semangkuk besar spagethi saus bawang balado with chicken sausage - dan segelas sparkling wine La Morandina menutup hari kedua kita di Roma. 

Believe me, I am delicious and spicy! 


Comments

  1. Itu bahan spagethi nya nyolong dari apartement!!! And why do you not write about the most delicious Italian white wine as the companion of the spagethi?? Hahaha

    ReplyDelete
  2. nitip review italy juga ya, saya buatkan sekalian track gps perjalananku: http://mantugaul.wordpress.com/tag/eropa/ thanks

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Word-strings

Mulai dari pertengahan bulan Mei ini, saya akan bercerita tentang perjalanan saya ke Yunani. Perjalanan saya ke Yunani relatif singkat, hanya 4 hari 3 malam namun, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman yang menarik, menyenangkan, dan juga menyeramkan. Banyak pelajaran yang bisa saya petik dari perjalanan saya ini, salah satunya adalah bagaimana menghadapi perbedaan bahasa atau bahasa kerennya, "language barriers" .  Perbedaan bahasa kerap kali menjadi salah satu alasan utama mengapa para wisatawan tidak mau mengunjungi negara asing. Mereka selalu berpikiran kalau mereka tidak mengerti bahasa lokal, mereka tidak akan bisa berkomunikasi dengan warga sekitar, tidak bisa menemukan tempat yang dituju (baca: nyasar), dan yang paling ditakuti, tidak bisa membedakan mana orang baik dan orang jahat (baca: pencopet, penipu, dkk). Well, mungkin memang banyak hal yang bisa membahayakan keselamatan diri karena perbedaan bahasa, tapi jangan biarkan ketakutan kalian menghalangi k

City Runner

Yey - setelah beberapa bulan menghilang dari dunia blogging, akhirnya saya bisa mengumpulkan niat yang cukup untuk melanjutkan kisah perjalanan saya. OK, buat kalian yang ketinggalan, di pos-pos sebelumnya saya sedang bercerita tentang kunjungan saya ke Italia, yaitu di kota Venice  dan  Roma . Vatican at the first sight :)  *** Hari terakhir saya di Italia ditutup dengan kunjungan ke negara (kota?) terkecil di dunia yang juga menjadi pusat dari agama Katolik di dunia, Vatikan . Saya merasa cukup beruntung karena saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Scavi Tour yang sangat terbatas untuk turis asing. (read:  Scavi Tour yang misterius  ) Cerita saya berawal dari pagi hari, dimana Scavi tour dijadwalkan akan dimulai pada pukul 09.00. Berhubung apartment saya cukup jauh dari pusat kota, saya berencana untuk berangkat dari pukul 07.30. TAPI, ada beberapa hal yang perlu diurus dan saya pun akhirnya berangkat pada pukul 08.00. Well, hitungan teori sih harusnya Vatikan bisa

Menjelajahi Eropa Tengah Part IV-A : Tur Kota Vienna

Grüße aus Wien, travelers! Sampai juga kita di Austria, yang merupakan negara terakhir yang akan saya bahas di Travel Series Menjelajahi Eropa Tengah. Untuk kalian yang ketinggalan, di post sebelumnya saya sudah membahas tentang kunjungan saya di Budapest , Polandia , dan Prague . Berhubung banyak sekali bangunan menarik dan bersejarah yang saya kunjungi selama di Vienna, maka pos ini akan saya bagi menjadi 3 bagian. So , mari kita mulai Tur Kota Vienna bagian pertama ! Negara : Austria Ibukota : Vienna Bahasa : Jerman (Deutsch) Mata uang : Euro (EUR) Sesuai tradisi di post-post sebelumnya, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal kota tujuan kita. So, mari kita mengenal kota Vienna sebelum memulai perjalanan! Transportasi di Vienna Untuk urusan transportasi, kota Vienna memiliki transportasi yang sudah teratur dengan baik dan juga menghubungkan setiap tempat-tempat menarik yang berada di dalam maupun luar kota Vienna. Seperti di negara-negara lain,