Skip to main content

Museum Vatikan yang tak berujung!

Setelah selesai mengikuti Scavi Tour di St. Peter's Basilica, saya melanjutkan perjalanan ke Museum Vatikan. Museum ini merupakan museum terpenting yang ada di Vatikan dan di tempat inilah kalian bisa melihat secara langsung lukisan Michael Angelo yang super terkenal, The Creation of Adam. Lukisan ini merupakan salah satu lukisan yang dilukis di dinding Sistine Chapel - ruangan terakhir di Museum Vatikan. Jadi, untuk kalian yang ingin melihat lukisan ini, sudah wajib untuk mengunjungi Museum Vatikan. :)



***

Museum Vatikan terletak di sisi lain dari Excavation office dan memiliki pintu masuk terpisah. Jadi, saya harus keluar dahulu kemudian memutari tembok pemisah Vatikan untuk bisa masuk ke dalam Museum Vatikan.

Walaupun negeri ini kecil, tapi perjalanan memutari tembok cukup menghabiskan tenaga. (Jangan lupa, temperature udara hari itu yang masih berkisar 34 - 36 derajat Celcius.)

Setelah berjalan cepat (untuk menghindari terik matahari), akhirnya saya dan teman-teman sampai di depan pintu masuk Museum Vatikan dan WOW, there were A LOT OF TOURIST sudah memenuhi pintu masuk museum.



Berbekal dengan tiket online, kita berharap bisa memotong barisan namun, sayang itu tidak berlaku di sini. Jadi, kita masih harus mengantri di loket normal untuk menukarkan tiket online kita dengan tiket resmi dari Museum Vatikan. Untunglah, antrian yang terlihat super padat itu ternyata diimbangi dengan kinerja loket yang cepat. Jadi dalam hitungan menit saja, kita sudah bisa masuk ke Museum Vatikan.

Dari pintu masuk, kita langsung disambut dengan tangga melingkar yang di setiap sisinya dipajang barang-barang dan miniatur-miniatur peninggalan di masa lalu. Untuk kalian yang suka sejarah, pasti kalian akan menghabiskan waktu cukup lama untuk bisa sampai ke tangga paling atas.


Di puncak tangga, kita bisa melihat halaman yang luas dan (ehem) panas.

Tentu saja, di sini kalian bisa menemukan lebih banyak turis yang sibuk mengambil foto dan keluar masuk pintu gedung. Ternyata, tangga tadi hanya menyimpan sebagian kecil dari segudang benda-benda antik yang dikoleksi di museum ini.

Kita sempat bingung ketika berada di halaman, karena kita melihat begitu banyak pintu masuk dan gedung-gedung yang berbeda. Map yang kita bawa pun seakan tidak berguna (hahaha), so kita memutuskan untuk terus berjalan luruuussss dan masuk ke pintu terdekat.

Begitu masuk ke gedung terdekat, kita langsung disambut dengan deretan patung-patung yang memenuhi lorong museum. Well, untuk kalian pecinta patung mungkin bisa menghabiskan waktu lebih lama di sini, tapi berhubung saya bukan pecinta seni, saya hanya melihat-lihat sebentar kemudian mencari jalan untuk bisa sampai ke Sistine Chapel.

Salah satu lorong Museum Vatikan yang selalu dipadati turis


Kita memutuskan untuk mengikuti turis-turis lain dan teruuuuusss berjalan, melewati ruangan-ruangan yang ternyata memiliki nama masing-masing! Berhubung banyak sekali ruangan yang saya lewati, di pos ini saya hanya akan menceritakan beberapa ruangan yang saya ingat.

Ruangan pertama, tentulah ruangan yang menyimpan banyak sekali patung-patung. Saya melihat beberapa patung familiar, seperti ini :


Patung yang membawa tongkat dengan logo yang sering kita temukan di farmasi pada masa sekarang.


Dan patung lain yang saya tidak tahu siapa mereka.




Tepat di sebelah ruangan pertama, saya memasuki sebuah hall besar yang menyimpan barang-barang antik kerajaan. Tidak jauh dari situ, saya masuk ke ruangan bundar yang luas, dimana di sekelilingnya dipajang patung-patung dewa raksasa dan di tengahnya terdapat sebuah mangkuk raksasa. Di ruangan ini, kita harus berjalan memutari mangkuk itu. Berhubung arus turis tidak sebanding dengan lebarnya jalan, di ruangan ini saya harus berdesak-desakan dengan turis lain. It's sooooooooo HOT! 


Apabila dilihat dari dekat, ternyata patung-patung raksasa itu adalah patung dewa yang sering kita dengar kisahnya. Seperti, Hercules, Zeus, Athena, Artemis (?) dan banyak lagi.

Dari ruangan yang super sesak itu, saya menuju ke ruangan selanjutnya yang memiliki feel lebih kuno. Saya ingat, saya melihat banyak sekali nisan-nisan, patung-patung dewa seperti yang saya lihat di Necropolis. Selain itu, terlihat juga beberapa benda antik khas budaya Mesir yang dipajang di setiap sudut ruangan. Tapi, yang menjadi highlight di ruangan ini adalah keberadaan MUMI yang dipajang di tengah ruangan.



So, the mummy is real and I have seen one! Ada beberapa mumi yang dipajang dan kalian bisa membaca kisah dari penemuan mumi ini. Kalau tidak salah, di beberapa keterangan disebutkan bahwa ada perbedaan antara mumi rakyat jelata dengan mumi yang berasal dari anggota kerajaan. Dan mumi yang dipajang ini dipastikan merupakan mumi dari rakyat jelata, karena bentuk dari petinya (atau ukirannya).

Dari ruangan mumi ini, saya melanjutkan ke ruangan berikutnya (yang sudah makin gak jelas apa namanya dan apa yang dipajang). Yang pasti, setiap ruangan yang kalian lewati di dalam Museum Vatikan memiliki ciri-ciri yang sama, yaitu: lantainya dibuat dari lukisan mosaic, dindingnya biasa dipajang lukisan, karpet, dan langit-langitnya dihiasi oleh ukiran/lukisan/pahatan.






Ada juga di beberapa ruangan (atau hampir seluruh ruangan), kalian bisa terkecoh dengan lukisan yang terlihat seperti pahatan. Butuh waktu beberapa lama untuk saya bisa yakin kalau itu adalah lukisan, bukan pahatan. Can't imagine? You have to see it with your own eyes. :D 

Berhubung kaki saya sudah teriak minta istirahat (setelah dipakai untuk berlari di pagi hari, menapaki Necropolis menjelang siang, dan menjelajahi museum yang tak berujung sepanjang hari), akhirnya saya tidak bisa menikmati lukisan-lukisan yang berada di sekeliling saya secara maksimal. Bahkan, saya sudah tidak memiliki tenaga untuk mengambil foto di ruangan-ruangan yang saya lihat - erm, biasa saja.

Untunglah, di tengah-tengah perjalanan saya menemukan ruangan ini dan saya meyakini, ini adalah ruangan paling keren dari semua ruangan di Museum Vatikan.

Waktu pertama kali saya masuk ke dalam ruangan ini, mata saya sudah langsung disegarkan dengan langit-langit yang berwarna keemasan. It is just a fest for my eyes. GOLLLLLDDDDSSS ! (walaupun saya gak yakin kalau itu benar-benar emas)

The best room ever in Vatican Museum


Di ruangan selanjutnya, dipajang koleksi karpet (atau mungkin permadani) yang super besar. Ada juga lukisan-lukisan yang terlihat seperti peta kuno. (yang sering kita lihat di film-film sejarah)

Setelah melewati ribuan lukisan, pahatan, karpet, ruangan selanjutnya didedikasikan untuk beberapa pelukis terkenal (saya lupa namanya, yang pasti ada ruangan khusus untuk Raphael).



Ruangan ini lebih kecil dari ruangan sebelumnya, dan SELURUH temboknya dipenuhi dengan lukisan yang saling menyambung. It is beautiful. Really. 



Jalanan sudah makin sepi dan ruangan sudah terasa lebih sejuk dan kaki sudah terasa lebih pegal. Itulah tanda kalau kalian sudah hampir sampai di Sistine Chapel.

Last sign to Sistine Chapel


Sayangnya, tidak seperti di luar ruangan, kalian tidak boleh mengambil gambar di dalam Sistine Chapel (boooo) karena ini merupakan tempat yang sangat sakral, khususnya bagi umat Katolik.

Tapi, ketika saya masuk ke dalam ruangan, saya langsung disambut dengan ratusan turis yang sudah memadati setiap sudut dari chapel. Saking banyaknya, mereka jadi sulit dikendalikan dan keadaan di dalam Chapel yang harusnya sepi, menjadi cukup ribut dengan begitu banyak turis yang sibuk mengambil foto dan petugas chapel yang sibuk berteriak melarang mereka mengambil foto.

The Creation of Adam


Berhubung otak dan kaki saya sudah terlalu lelah untuk berpikir, akhirnya saya hanya berkeliling dan melihat-lihat lukisan di Sistine Chapel selama beberapa menit dan langsung mencari pintu keluar terdekat. I have seen ENOUGH histories today.

Saking lelahnya, saya lupa berapa lama waktu yang saya habiskan untuk berjalan dari pintu masuk sampai pintu keluar Museum Vatikan. Yang pasti, perjalanan itu cukup membuat energi saya superrrr drained.

So, untuk kalian yang ingin masuk ke dalam Museum Vatikan, saya hanya bisa berpesan untuk menggunakan sendal/sepatu yang nyaman, membawa minum dan KIPAS!

***

Last stop in Italy : A visit to the famous St. Peter's Cathedral

Comments

Popular posts from this blog

Menjelajahi Eropa Tengah Part IV-A : Tur Kota Vienna

Grüße aus Wien, travelers! Sampai juga kita di Austria, yang merupakan negara terakhir yang akan saya bahas di Travel Series Menjelajahi Eropa Tengah. Untuk kalian yang ketinggalan, di post sebelumnya saya sudah membahas tentang kunjungan saya di Budapest , Polandia , dan Prague . Berhubung banyak sekali bangunan menarik dan bersejarah yang saya kunjungi selama di Vienna, maka pos ini akan saya bagi menjadi 3 bagian. So , mari kita mulai Tur Kota Vienna bagian pertama ! Negara : Austria Ibukota : Vienna Bahasa : Jerman (Deutsch) Mata uang : Euro (EUR) Sesuai tradisi di post-post sebelumnya, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenal kota tujuan kita. So, mari kita mengenal kota Vienna sebelum memulai perjalanan! Transportasi di Vienna Untuk urusan transportasi, kota Vienna memiliki transportasi yang sudah teratur dengan baik dan juga menghubungkan setiap tempat-tempat menarik yang berada di dalam maupun luar kota Vienna. Seperti di negara-negara lain,

Surga dunia, Hallstatt

English version :  The Heaven on Earth, Hallstatt Ada yang pernah menonton drama korea berjudul "Spring Waltz" ? Drama ini merupakan salah satu sequel dari drama musim Korea, yaitu Winter Sonata, Autumn in My Heart, Summer Scent dan ditutup dengan Spring Waltz. Dalam episode awal dari Spring Waltz ini, bersetting di Austria - tepatnya di kota Salzburg dan Vienna. Namun, selain dari 2 kota besar itu, ada 1 lokasi shoting di awal episode yang menarik perhatian saya karena pemandangannya yang benar-benar amazing. Pada saat saya melihat scene tersebut di drama, saya langsung mencari tahu dimana lokasi scene tersebut dan akhirnya saya menemukan 1 nama, yaitu Hallstatt . Sesaat setelah itu, saya langsung mulai merencanakan waktu untuk berlibur ke Hallstatt. Berikut rangkuman dari segala hal yang pernah saya temukan mengenai Hallstatt. Pertanyaan pertama, Hallstatt itu dimana yah?  Hallstatt itu merupakan sebuah kota kecil yang terletak di bagian sebelah

Berkeliling Roma ala "Angels and Demons"

Dalam edisi pos hari ini, saya akan membahas tentang kota Roma, Italia.  Saya akan memfokuskan pos ini pada beberapa tempat yang sempat terekam di dalam film "Angels and Demons"  Film "Angels and Demons" menceritakan tentang seseorang bernama Robert Langdon yang ingin menguak soal Illuminati, sebuah organisasi yang hendak menghancurkan Vatican. Dalam ceritanya, Vatican sedang dalam proses pemilihan Paus dari 4 kardinal, oleh karena kematian Paus yang sebelumnya. Masalah dimulai ketika keempat kardinal tiba-tiba diculik oleh pengikut Illuminati dan mereka mengancam akan membunuh kardinal tersebut satu per satu di tempat yang tidak diketahui. Saat inilah Robert Langdon dipanggil oleh pihak Vatican untuk menyelamatkan kardinal-kardinal yang diculik dari kelompok Illuminati. Berbekal dengan pengetahuannya tentang Illuminati, Robert Langdon memulai pencarian kardinal-kardinal di kota Roma.  Dan, dari sinilah perjalanan Robert Langdon dimulai. :)  Berangkat dari