Skip to main content

City Runner

Yey - setelah beberapa bulan menghilang dari dunia blogging, akhirnya saya bisa mengumpulkan niat yang cukup untuk melanjutkan kisah perjalanan saya.

OK, buat kalian yang ketinggalan, di pos-pos sebelumnya saya sedang bercerita tentang kunjungan saya ke Italia, yaitu di kota Venice dan Roma.

Vatican at the first sight :) 

***

Hari terakhir saya di Italia ditutup dengan kunjungan ke negara (kota?) terkecil di dunia yang juga menjadi pusat dari agama Katolik di dunia, Vatikan. Saya merasa cukup beruntung karena saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Scavi Tour yang sangat terbatas untuk turis asing. (read: Scavi Tour yang misterius )


Cerita saya berawal dari pagi hari, dimana Scavi tour dijadwalkan akan dimulai pada pukul 09.00. Berhubung apartment saya cukup jauh dari pusat kota, saya berencana untuk berangkat dari pukul 07.30. TAPI, ada beberapa hal yang perlu diurus dan saya pun akhirnya berangkat pada pukul 08.00. Well, hitungan teori sih harusnya Vatikan bisa ditempuh dalam waktu 30 menit - tapi, kenyataannya tidak seperti itu - yang ada, dalam waktu 30 menit saya baru sampai stasiun pusat Roma, dan masih perlu 10 - 15 menit lagi untuk sampai ke Vatikan. Ok, saya mulai panik - tapi, kemungkinan terlambat masih sangat kecil.

Sambil melihat jam dan membaca peta metro, saya terus mengingat artikel mengenai Vatikan yang saya baca. "Orang Vatikan adalah orang yang SANGAT tepat waktu!" dan kalimat peringatan di akhir email tiket Scavi tour yang menulis "Harap datang 30 menit sebelum tour dimulai."

Jalan menuju Vatikan . . . 

Namun, perjalanan ternyata berjalan lancar dan masih ada waktu sekitar 15 menit setelah saya turun dari stasiun Metro terdekat Vatikan. Dan, di sinilah masalah dimulai.

Ketika kita turun Metro dan melihat nama stasiun Metro, oh D*MN! Saya salah turun stasiun, seharusnya saya turun di stasiun berikutnya DAN metro selanjutnya baru datang 10 menit lagi DAN tour kami akan dimulai 15 menit lagi. OKE, panick attack.

Tidak ada pilihan lain, saya keluar stasiun, berharap bisa melihat tembok pembatas Vatikan-Roma yang kononnya cukup besar. Sayangnya, tembok itu tidak sebesar itu dan tidak terlihat dari stasiun Metro. Akhirnya, saya pasrah dan mengambil pilihan terakhir untuk mulai berjalan berlari melintasi 2 stasiun Metro. Believe me, it's way faster than waiting for the Metro - though after that, I felt like my lung will explode. Ha.


Tembok Vatikan yang memisahkan kota Roma dengan Vatikan

Sambil berlari, saya memperhatikan jam sambil melihat sekeliling untuk mencari tembok Vatikan. Untunglah, tembok Vatikan terlihat setelah 10 menit berlari non-stop namun, perjuangan saya belum berakhir sampai disana. Saya harus mencari kantor Excavation untuk bisa menukarkan email saya dengan tiket masuk Scavi Tour DAN saya tidak tahu dimana kantor itu berada.

Pintu masuk Vatikan terdekat dari Metro 
Alhasil, ketika saya melangkah masuk ke negeri Vatikan, saya langsung mencari Swiss Guard dan tidak menghiraukan bangunan megah - St. Peter Basilica. Saya lariiiiiiiiii melintasi negara itu dari pintu masuk yang satu, sampai ke ujungnya. Melewati antrian turis yang aneh melihat 2 cewe asia yang lari kaya lagi dikejer setan. Tanpa basa basi, kita langsung mengajak ngomong si Swiss Guard untuk menanyakan lokasi Excavation office. Dan, ternyata kantor Excavation itu terletak di sisi lain dari Vatikan. OH MAN.
Tanpa membuang waktu, kita langsung lari lagi - melewati antrian turis yang sama - dan akhirnya kita melihat sebuah bangunan lain yang dijaga oleh Swiss Guard juga.

Jadi, kita lari dari sisi kanan ke sisi kiri, terus lari lagi ke arah sisi kanan untuk sampai ke Excavation office
Ketika Swiss Guard meng-iya-kan kalau ini adalah Excavation office, kita berdua langsung ambruk, dan membuka lesehan tepat di depan kantor Swiss Guard. Ha. Oh ya, jam menunjukkan pukul 08.55. *we madeeee it*


 
Excavation office yang akhirnya ditemukan setelah melintasi negara Vatikan

Dari kantor Swiss Guard, kita sudah bisa berjalan santai dan bertemu dengan peserta Scavi Tour lainnya. Tidak lama kemudian, tour dimulai and it was REALLLLY AMAZING.

Tour berlangsung selama 1 jam 30 menit, dan itu adalah 1 jam 30 menit tercepat seumur hidup! Gak lebay loh, karena tempat yang kita datangi benar-benar luar biasa. Sayang, saya tidak bisa mengambil foto untuk mengabadikan moment itu dan hanya bisa menceritakan perjalanan tour di bawah tanah itu.


Dimulai dengan memasuki pintu (yang ada tulisan : dilarang masuk kecuali official), kita sampai di sebuah ruangan dimana miniatur Necropolis berada. Tour guide menjelaskan bahwa ini adalah tempat yang akan kita datangi sebentar lagi, dan keadaan di bawah itu sangat lembab, setiap peserta harus berhati-hati ketika berada di dalam sebab tembok sekitar sudah berusia ratusan tahun. Oh God, I  am so excited.

Pintu masuk Scavi Tour - berasa bangga banget bisa masuk ke ruangan yang TERBATAS ini. :) 
Kita diarahkan ke sebuah ruangan kecil dan menuruni tangga sempit. Mulai terasa udara lembab dari bawah dan beberapa saat kemudian, kita sudah berada puluhan meter di bawah St. Peter's Basilica. Kita melihat sekeliling dan terlihat banyak lorong-lorong sempit, peti-peti batu, ruangan-ruangan yang dipenuhi ukiran dan patung-patung dewa. Persis seperti kota-kota di film bersejarah yang berlatar belakang Romawi kuno.


Tour guide kita menjelaskan, bahwa Necropolis adalah komplek pemakaman. Hanya orang-orang penting/kaya yang bisa menguburkan keluarganya di sini. Setiap peti yang terbuat dari batu memiliki nilai yang sangat mahal, dan hanya orang khusus saja yang diperbolehkan untuk memiliki komplek pemakaman untuk keluarganya. Dengan fasih, tour guide membacakan huruf-huruf romawi kuno yang terpahat di peti.

Dia juga bercerita, bahwa pada awalnya kuburan ini digunakan untuk mengubur umat-umat pengikut dewa Yunani. Oleh karena itu di bagian depan Necropolis banyak sekali ruangan yang memiliki patung-patung dewa Yunani di atas setiap makam.

Kita berjalan lagi lebih dalam melewati lorong-lorong sempit, dan sampai di sisi yang lebih "baru" dari yang sebelumnya. Di bagian yang lebih "baru" ini, bisa dilihat bagaimana dekorasi ruangan pemakaman yang tidak lagi dipenuhi dengan patung dewa, tapi dengan mosaic-mosaic muka Yesus. Tour guide menambahkan bahwa mosaic yang terdapat di ruangan inilah yang menjadi cikal-bakal wajah Yesus yang dikenal oleh umat Kristiani di masa kini. Believe me, it is the same! 


Tiket Scavi Tour berikut denah Necroplis.

Jalanan mulai menanjak, tanda bahwa kita makin mendekati lantai bawah St. Peter's Basilica. Kita bisa mendengar suara dari atas kami dan ternyata, terkadang mereka yang di atas juga bisa mendengar suara kita di bawah.

Udara di "atas" terasa lebih segar dan kita sampai ke tempat terpenting - yang menjadi daya tarik dari Scavi Tour - tempat yang diyakini merupakan kuburan dari Rasul Paulus. Yes, Paulus, one of Jesus' disciples.

Sejarah dari tempat ini sangat menarik dan misterius. Pertama kali tempat ini ditemukan, peneliti yakin bahwa di sini adalah makam dari Rasul Paulus, namun, ketika peti itu dibuka peti itu kosong yang ada hanyalah tulang beberapa ruas jari kaki.

Penemuan ini kemudian membuat peneliti membuka kembali sejarah-sejarah di masa lalu, dan mereka yakin bahwa tulang kaki itu adalah tulang dari rasul Paulus. Banyak opini yang bermunculan bahwa pada masa itu, kekristenan mengancam keberadaan kaisar di masa Romawi Kuno dan melihat betapa besar pengaruh Rasul Paulus akan perkembangan agama Kristen di masa itu, kaisar memutuskan untuk memindahkan jenazah rasul Paulus ke tempat lain.

Sejarah ini juga kemudian dikaitkan dengan keberadaan St. Peter's Cathedral yang dinilai dibangun di tempat yang tidak strategis. Peneliti menemukan bahwa Vatikan dibangun di tanah yang rendah dan sangat sulit untuk membangun sebuah kota, bahkan gedung besar di tempat ini. Ditambah lagi, keberadaan St. Peter's Cathedral yang berada TEPAT di bawah Necropolis membuat peneliti makin yakin bahwa St. Peter's Cathedral dibangun untuk menyembunyikan keberadaan makam dari Rasul Paulus. Kebetulan-kebetulan yang terjadi ini makin menguatkan kepercayaan mereka bahwa makam ini memang benar-benar makam Rasul Paulus yang sengaja disembunyikan untuk menghindari penyebaran agama Kristen yang lebih luas di masa Romawi Kuno tersebut.


Makam Rasul Paulus terletak tepat di bawah altar di foto ini

Bukti terakhir yang juga ditemukan peneliti adalah letak dari makam Rasul Paulus yang berada tepat di bawah sebuah altar utama di St. Peter's Cathedral. Terlihat pula lapisan-lapisan bebatuan yang sangat tebal dan berat dibangun di atas makam ini. Hal inilah yang meyakinkan peneliti bahwa makam ini adalah makam dari Rasul Paulus. Walaupun tidak pernah ditemukan jenazahnya, namun bukti dari tulang-tulang jari kaki itu cukup membuat beberapa peneliti yakin bahwa ini adalah makam dari Rasul Paulus. Tulang-tulang yang ditemukan itu kemudian disimpan secara pribadi oleh Paus di ruangannya.

Dari makam Rasul Paulus, kita diajak untuk naik ke ruangan yang lebih modern. Kita diajak masuk ke sebuah Chapel - Clementine Chapel. Chapel ini mewah banget, dindingnya dilapisi oleh lapisan emas membuat chapel ini super kinclong. :D

Tidak jauh dari Chapel, kita juga diajak ke lorong yang cukup luas dan berlantai marmer. Di sinilah makam dari Paus yang sudah meninggal. (Persis banget dengan makam Paus yang ada di film Angels and Demon).

Di bawah lubang ini adalah ruangan dari makam Paus yang saya lewati di akhir tour
Dan ternyata makam Paus itu adalah tempat terakhir dari tour ini. Di ujung lorong, terdapat pintu keluar langsung di samping St. Peter's Cathedral - di mana banyak turis sudah berseliweran memandangi keindahan dari St. Peter's Basilica. Kebanyakan dari mereka tidak sadar, bahwa terdapat ruangan bawah tanah yang sangat bersejarah tepat di bawah kaki mereka. And, I just feeeeelll soo fortunate that I could visit those historical place. :)

***

Swiss Guard - yang kita gangguin pagi-pagi :3


Yeaph, that's the end of my story of Scavi Tour. Saya harap cerita saya cukup memuaskan kalian yang penasaran tentang "Scavi Tour". Saya takjub juga sih, kalau saya masih bisa mengingat perkataan dari tour guide saya. Padahal, saya mengikuti tour ini lebih dari 1 tahun lalu. Well, saya yakin ada banyak cerita yang saya lupa dan let my other RR Tour add those!! *wink*

Next post : Museum Vatikan yang tak berujung 



Comments

  1. the other RR tour founderSeptember 19, 2013 at 11:14 PM

    When I tell this story to my colleagues in German, they're like : 'you spoke to the Swiss Guard? TWICE?? Is it allowed? Can they speak?'

    Yes, we do spoke to the Swiss Guard, twice. They're quite handsome and very fluent in English :))))

    ReplyDelete
  2. the other RR tour founderSeptember 19, 2013 at 11:15 PM

    When I tell this story to my colleagues in German, they're like : 'you spoke to the Swiss Guard? TWICE?? Is it allowed? Can they speak?'

    Yes, we do spoke to the Swiss Guard, twice. They're quite handsome and very fluent in English :))))

    ReplyDelete
  3. I am impressed to read your experience about the Runner in your post. All your shared stuff is informative for me and Now I am keen to explore this city after enjoying new year tour.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Word-strings

Mulai dari pertengahan bulan Mei ini, saya akan bercerita tentang perjalanan saya ke Yunani. Perjalanan saya ke Yunani relatif singkat, hanya 4 hari 3 malam namun, saya mendapatkan banyak sekali pengalaman yang menarik, menyenangkan, dan juga menyeramkan. Banyak pelajaran yang bisa saya petik dari perjalanan saya ini, salah satunya adalah bagaimana menghadapi perbedaan bahasa atau bahasa kerennya, "language barriers" .  Perbedaan bahasa kerap kali menjadi salah satu alasan utama mengapa para wisatawan tidak mau mengunjungi negara asing. Mereka selalu berpikiran kalau mereka tidak mengerti bahasa lokal, mereka tidak akan bisa berkomunikasi dengan warga sekitar, tidak bisa menemukan tempat yang dituju (baca: nyasar), dan yang paling ditakuti, tidak bisa membedakan mana orang baik dan orang jahat (baca: pencopet, penipu, dkk). Well, mungkin memang banyak hal yang bisa membahayakan keselamatan diri karena perbedaan bahasa, tapi jangan biarkan ketakutan kalian menghalangi k

Kastil Dongeng, Neuschwanstein

English version :  The Fairy Tale Castle, Neuschwanstein Pernah membayangkan bagaimana jika kastil dunia dongeng, seperti yang ada di film Beauty and the Beast benar-benar dibangun dan dapat ditemukan di dunia nyata? Yeah, itu bukan cuma per-andai-an. Kastil dongeng itu bukan hanya hasil imajinasi belaka, tapi merupakan replika dari kastil aslinya di dunia nyata.   Pertanyaan pertama, dimana kastil dongeng itu berada ?  Kastil dunia dongeng, Neuschwanstein Schloss. Dapat ditemukan di kota Füssen, Hohenschwangau Jerman selatan, Bundesland Bayern. Kota ini merupakan kota kecil di pinggiran pegunungan Alpen dan berjarak sekitar 2 jam dengan menggunakan kereta dari kota Munich. Pertanyaan kedua, apa yang menarik dari kastil Neuschwanstein ini?  Sesuai dengan julukannya, kastil dongeng. Itulah yang menjadi daya tarik wisatawan asing untuk mengunjungi kastil ini. Orang-orang ingin melihat bagaimana rupa sebenarnya kastil dunia dongeng itu. Selain itu, kastil ini juga seri